3 Alasan Kenapa Orang Kontra eBook

pic taken from fs.fed.us

pic taken from fs.fed.us

Setelah saya memposting artikel-artikel mengenai keunggulan ebook dibandingkan buku, banyak komentar baik yang Pro maupun yang Kontra. Saya menghormati semua pendapat tersebut sebagai suatu proses untuk menuju kondisi yang lebih baik untuk dunia ebook.

Saya akan bahas dari sisi yang Pro terlebih dahulu. Komentar yang Pro hampir semuanya berpendapat bahwa, ebook lebih praktis, efisien, rendah biaya produksinya dan yang paling penting ramah lingkungan.

Karena posisi saya yang ingin memasyarakatkan ebook, maka saya cenderung untuk membahas pendapat orang-orang yang kontra terhadap ebook.

Dari pendapat-pendapat yang Kontra diantaranya adalah :

1. Membaca ebook tidak nyaman, karena memerlukan peralatan elektronik seperti computer, Laptop, atau PDA. Mata cepat lelah bila membaca di depan monitor, atau layar PDA yang kecil membuat tidak leluasa saat membaca.

Pendapat Saya : Memang untuk saat ini saya masih sepakat, bahwa membaca ebook kurang nyaman (bukan tidak nyaman, lho..) bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Tetapi tidak, untuk masyarakat di negara-negara maju, khususnya Amerika dan Eropa. Karena saat ini sudah ada alat baca ebook (ebook reader) dari teknologi eInk. Teknologi eInk ini memungkinkan membaca ebook (dokumen digital) layaknya membaca buku. Dengan alat ini membaca ebook akan senyaman membaca buku.

Keunggulan alat ini dari buku adalah bentuknya yang hanya sebesar buku novel, tetapi kapasitas data yang bisa disimpan didalamnya mencapai 4GB, dengan alat ini kita bisa mententeng setara dengan ribuan buku dalam satu alat sebesar buku novel.

Dan keunggulan lain alat baca ebook, dari Kindle Amazon bisa langsung online meski tidak ada koneksi internet. Karena alat ini menggunakan teknologi whispernet yang memungkinkan terhubung secara langsung dengan Amazon. Sehingga penggunanya bisa membeli dan mendownload ebook yang dijual oleh Amazon secara langsung. Bila Kita berlangganan Koran online seperti New York Times atau Washington Post, maka setiap pagi Koran tersebut akan terkirim ke alat baca ebook, Kindle.

Ada beberapa  pabrikan yang memproduksi alat baca ebook. Diantaranya adalah, Kindle Amazon, Sony, Bebook, Jinke, Illiad dll. Alat-alat ini dijual secara online, tetapi untuk ukuran orang Indonesia memang alat ini relatih masih mahal. Karena harganya mulai dari US$280. Tetapi seperti halnya Handphone diharapkan alat ini akan semakin murah, bila diproduksi secara massal.

2. Mengancam Keberadaan industri buku saat ini, Penerbit, Penulis, Editor dan semua yang terlibat di dalamnya. Malah ada yang berpendapat bahwa Mengkonversi industri buku ke ebook, seperti mengharamkan rokok, yang akan menutup pabrik-pabrik rokok dan membuat jutaan buruh rokok kehilangan pekerjaan. Saya pikir ini pendapat yang terlalu berlebihan.

Karena ebook bukan mengubah dari yang “Ada menjadi tiada”. Tetapi mengubah teknologinya menjadi lebih baik, praktis, efisien dan biayanya murah. Tetapi bendanya itu masih ada hanya berubah bentuk saja. Tidak seperti mengharamkan rokok yang memang mengubah dari yang “ada menjadi tiada”.

Jadi semua yang terlibat dalam industri buku tetap bisa eksis. Penerbit tetap bisa menerbitkan ebook, Penulis masih tetap menulis, Editor tetap masih mengedit naskah, dll. Dan bagi penerbit untungnya bisa lebih besar karena biaya produksinya lebih kecil, penulis pun harusnya royaltinya jadi lebih besar, dst. Pembeli bisa lebih mudah mendapatkan bahan bacaan karena harga lebih murah dan mendapatkanya lebih praktis.

Dan muaranya adalah kita bisa mengurangi kerusakan hutan dari sisi penggunaan kayu untuk bahan baku kertas.

Memang perlu perbaikan infrastrukturnya, seperti alat baca ebook yang murah, jaringan internet yang bisa mencapai ke pelosok daerah. Saya yakin itu bisa dilakukan. Pada tahun 1998, siapa menyangka industri seluler bisa seperti saat ini. Saat itu harga HP sangat mahal, jangkauannya hanya di kota-kota besar. Tapi 10 tahun kemudian, seperti yang kita lihat saat ini.

3. eBook sangat mudah dibajak. Pembajakan memang sangat akut di negeri ini. Dan terjadi di semua bidang, musik, software, film, obat, jamu, dan buku sekalipun. Tetapi jangan karena takut dibajak kemudian kita takut untuk berkarya dan berubah. Untuk meminimalkan pembajakan, saya telah posting 7 Langkah Melindungi eBook dari Pembajakan.

Bila karya kita dibajak itu artinya karya kita bagus. Dan saya yakin ada hal positif yang akan didapatkan dibalik itu. Seperti contoh kasus, Kangen Band yang sekarang menjadi band sukses di tanah air, berawal dari karyanya yang dibajak. Dan masih banyak contoh-contoh lain.

Artikel juga diposting di www.Tokoebook.Com